Profil Desa Gemuruh
Ketahui informasi secara rinci Desa Gemuruh mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Gemuruh, Padamara, Purbalingga. Jelajahi pesona alami Sungai Gintung, potensi wisata yang tersembunyi, kekuatan sektor agraris yang subur, serta data wilayah dan demografi terkini dari desa yang asri ini.
-
Berkah Sungai Gintung
Desa Gemuruh identik dengan Sungai Gintung yang menjadi jantung kehidupan, sumber irigasi utama bagi pertanian, dan menyimpan potensi besar untuk pengembangan wisata alam berbasis air (eko-wisata).
-
Kekuatan Agraris yang Subur
Dengan topografi yang didukung oleh aliran sungai, desa ini merupakan salah satu lumbung pangan penting di Kecamatan Padamara, dengan sektor pertanian sebagai tulang punggung ekonomi utama.
-
Pesona Alam dan Kearifan Lokal
Nama "Gemuruh" yang sarat akan cerita dan keindahan alamnya yang masih asri merupakan daya tarik unik, menjadikannya destinasi potensial bagi mereka yang mencari ketenangan dan keaslian alam.

Jauh dari hiruk pikuk pusat industri, di sudut Kecamatan Padamara, tersembunyi sebuah desa yang namanya merefleksikan kekuatan alam: Desa Gemuruh. Nama yang berarti deru atau riuh ini diyakini berasal dari suara aliran Sungai Gintung yang perkasa, sungai yang menjadi urat nadi dan membentuk identitas desa ini. Gemuruh merupakan perpaduan harmonis antara lanskap alam yang memesona, lahan pertanian yang subur dan komunitas masyarakat yang hidup selaras dengan ritme alam. Desa ini menjadi bukti bahwa potensi sebuah wilayah tidak selalu diukur dari geliat industrinya, melainkan dari kekayaan sumber daya alam dan kearifan lokal dalam mengelolanya. Hingga pertengahan tahun 2025 ini, Desa Gemuruh terus menapaki jalan pembangunan yang berfokus pada penguatan sektor agraris sambil merintis potensi pariwisata berbasis alam yang menjanjikan.
Asal-Usul Nama dan Jejak Sejarah Desa
Setiap nama menyimpan cerita, dan nama "Gemuruh" memiliki akar yang kuat dalam tradisi lisan masyarakat setempat. Konon, nama ini diberikan oleh para pendahulu desa yang terkesan dengan suara aliran Sungai Gintung, terutama saat debit airnya meningkat di musim penghujan. Suara air yang membentur bebatuan besar di sepanjang sungai menciptakan gema yang "gemuruh", terdengar hingga ke area pemukiman. Suara alam yang kuat dan berkarakter inilah yang akhirnya diabadikan menjadi nama desa.
Kisah ini lebih dari sekadar dongeng pengantar tidur; ia menunjukkan betapa eratnya hubungan antara masyarakat Gemuruh dengan lingkungannya, khususnya Sungai Gintung. Sungai tidak hanya dipandang sebagai sumber air, tetapi juga sebagai entitas hidup yang memberikan identitas dan karakter pada wilayah tempat mereka tinggal. Jejak-jejak sejarah desa juga diduga tersebar di beberapa titik, meskipun belum banyak dieksplorasi secara arkeologis. Keberadaan desa yang sudah lama ini menjadi bagian dari mozaik sejarah peradaban di sekitar aliran sungai di wilayah Purbalingga.
Kondisi Geografis dan Tatanan Wilayah
Secara geografis, Desa Gemuruh terletak di Kecamatan Padamara, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah. Wilayahnya memiliki topografi yang bervariasi, dari dataran rendah yang menjadi area persawahan hingga perbukitan landai di beberapa bagiannya. Kontur ini dialiri oleh Sungai Gintung yang menjadi penanda geografis paling signifikan.
Batas-batas administratif Desa Gemuruh yakni sebagai berikut:
- Sebelah UtaraBerbatasan dengan Desa Karangsentul.
- Sebelah TimurBerbatasan dengan wilayah Kecamatan Kaligondang.
- Sebelah SelatanBerbatasan dengan Desa Karanggambas.
- Sebelah BaratBerbatasan dengan Desa Bojanegara dan Desa Karangsentul.
Desa Gemuruh memiliki luas wilayah sekitar 2,21 km² (221 hektar), menjadikannya salah satu desa yang cukup luas di Kecamatan Padamara. Lahan yang luas ini mayoritas dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Untuk seluruh keperluan administrasi kependudukan dan layanan pos, Desa Gemuruh menggunakan Kode Pos 53372.
Demografi Masyarakat dan Roda Pemerintahan
Populasi Desa Gemuruh mencerminkan karakteristik wilayah agraris yang tidak terlalu padat. Berdasarkan data kependudukan terbaru, jumlah penduduk Desa Gemuruh tercatat sebanyak 4.418 jiwa. Populasi ini terdiri dari 2.234 jiwa laki-laki dan 2.184 jiwa perempuan. Dengan luas wilayah 2,21 km², maka tingkat kepadatan penduduknya ialah sekitar 1.999 jiwa per km². Kepadatan yang relatif rendah ini memungkinkan tersedianya ruang terbuka hijau yang lebih luas dan nuansa pedesaan yang masih sangat kental.
Pemerintahan Desa Gemuruh berjalan di bawah kepemimpinan seorang Kepala Desa beserta jajaran perangkatnya. Kantor desa menjadi pusat pelayanan administrasi dan koordinasi program pembangunan. Visi pemerintah desa saat ini banyak berfokus pada dua hal utama: peningkatan produktivitas pertanian melalui modernisasi terbatas dan penjajakan potensi desa wisata berbasis konservasi. "Kami ingin Gemuruh maju, tapi tidak kehilangan jiwanya. Pertanian harus tetap menjadi andalan, dan keindahan Sungai Gintung harus kita jaga bersama sebagai aset untuk generasi mendatang," ujar salah seorang perangkat desa, mencerminkan arah kebijakan yang diusung.
Sungai Gintung: Jantung Kehidupan dan Potensi Tersembunyi
Sungai Gintung tidak dapat dipisahkan dari pembahasan tentang Desa Gemuruh. Sungai ini memiliki fungsi multifaset yang sangat vital bagi kehidupan masyarakat.
1. Sumber Irigasi Utama: Aliran air dari Sungai Gintung menjadi sumber pengairan utama bagi ratusan hektar sawah di Desa Gemuruh. Sistem irigasi yang terbangun, baik yang modern maupun tradisional, memastikan pasokan air yang cukup untuk menopang dua hingga tiga kali masa panen dalam setahun.
2. Potensi Eko-wisata: Inilah potensi terbesar yang masih tersembunyi. Dengan aliran air yang jernih (di beberapa bagian), bebatuan alam yang artistik, dan tepian sungai yang rimbun oleh rumpun bambu, Sungai Gintung sangat ideal untuk dikembangkan sebagai destinasi eko-wisata. Beberapa potensi yang mulai dijajaki oleh kelompok sadar wisata (Pokdarwis) setempat meliputi:
- River TubingMenyusuri aliran sungai menggunakan ban.
- Area Berkemah (Camping Ground)Memanfaatkan lahan datar di tepi sungai.
- Spot Fotografi AlamBanyak tikungan sungai dan bebatuan besar yang menawarkan pemandangan indah.
- Wisata EdukasiMengenalkan ekosistem sungai dan pentingnya konservasi kepada pengunjung.
3. Sumber Ekonomi Alternatif: Selain irigasi, beberapa warga secara tradisional memanfaatkan sungai sebagai lokasi mencari ikan untuk konsumsi pribadi. Di beberapa segmen sungai, aktivitas penambangan pasir dan batu (Galian C) skala kecil juga menjadi sumber pendapatan bagi sebagian warga, meskipun aktivitas ini memerlukan pengawasan ketat agar tidak merusak lingkungan.
Sektor Pertanian sebagai Tulang Punggung Utama
Sebagai desa agraris, sektor pertanian merupakan pilar utama yang menopang lebih dari separuh perekonomian Desa Gemuruh. Lahan sawah yang subur berkat pasokan air dari Sungai Gintung menjadi aset paling berharga. Komoditas utama yang dibudidayakan tentu saja adalah padi. Aroma padi yang menguning saat musim panen tiba menjadi pemandangan dan suasana khas di desa ini.
Selain padi, para petani juga menanam berbagai jenis tanaman palawija seperti jagung, singkong, dan kacang-kacangan sebagai bagian dari rotasi tanaman untuk menjaga kesuburan tanah. Di pekarangan rumah, warga banyak menanam sayur-mayur dan buah-buahan seperti pisang dan kelapa untuk kebutuhan sehari-hari. Sektor peternakan, terutama kambing dan ayam, juga berkembang sebagai usaha sampingan yang memberikan tambahan pendapatan dan pasokan protein bagi keluarga.
Geliat UMKM dan Ekonomi Kreatif Lokal
Meskipun belum seintensif desa-desa tetangganya, geliat Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Desa Gemuruh mulai menunjukkan pertumbuhan. Sebagian besar UMKM bergerak di sektor yang mendukung kebutuhan dasar masyarakat dan pertanian. Warung kelontong, kios pupuk dan pakan ternak, serta jasa perbengkelan alat pertanian menjadi beberapa contohnya.
Di bidang kuliner, beberapa ibu rumah tangga mulai memproduksi makanan ringan tradisional berbahan dasar hasil bumi lokal seperti singkong dan pisang. Ada pula potensi pengembangan kerajinan tangan dari bambu, mengingat melimpahnya rumpun bambu di sepanjang tepian Sungai Gintung. Jika potensi wisata dapat dikembangkan, sektor UMKM ini dipastikan akan ikut tumbuh pesat untuk melayani kebutuhan para wisatawan.
Infrastruktur, Layanan Publik, dan Kehidupan Sosial
Infrastruktur dasar di Desa Gemuruh terus dibenahi oleh pemerintah desa. Akses jalan utama desa sudah beraspal dan terhubung dengan baik ke jalan raya kecamatan. Jembatan-jembatan yang melintasi Sungai Gintung juga dalam kondisi yang baik dan menjadi penghubung vital antar dusun.
Di bidang layanan publik, fasilitas yang tersedia meliputi:
- PendidikanTerdapat Sekolah Dasar Negeri di desa ini yang menjadi pusat pendidikan dasar bagi anak-anak.
- KesehatanTerdapat Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) dan kegiatan Posyandu rutin yang aktif memberikan layanan kesehatan dasar, terutama bagi ibu dan anak.
- Sarana IbadahMasjid dan musala tersebar di setiap dusun dan menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat.
Kehidupan sosial di Desa Gemuruh masih sangat kental dengan nilai-nilai pedesaan. Semangat gotong royong (kerja bakti), saling membantu saat ada hajatan, dan musyawarah untuk mufakat menjadi landasan dalam menyelesaikan berbagai persoalan komunal.
Visi Konservasi dan Pembangunan Berkelanjutan
Menatap masa depan, Desa Gemuruh berada di persimpangan jalan antara mempertahankan tradisi agraris dan menangkap peluang baru di sektor pariwisata. Tantangan utamanya adalah bagaimana mengembangkan potensi wisata tanpa mengorbankan kelestarian alam Sungai Gintung dan lahan pertanian yang menjadi sumber kehidupan.
Visi pembangunan berkelanjutan menjadi kunci. Ini mencakup pengembangan eko-wisata yang dikelola oleh masyarakat lokal (community-based tourism), sehingga manfaat ekonominya dapat dirasakan langsung oleh warga. Di sisi lain, diperlukan edukasi dan regulasi yang kuat terkait pengelolaan sampah dan perlindungan sempadan sungai. Dengan pendekatan yang bijaksana, Desa Gemuruh berpotensi menjadi model desa agraris yang berhasil melakukan diversifikasi ekonomi melalui pariwisata berbasis konservasi, sebuah "permata" yang gemuruhnya bukan lagi sekadar suara alam, tetapi juga deru semangat pembangunan yang berkelanjutan.